Tuesday, November 3, 2020

LIMBUNG DI SUPERMARKET (TRUE STORY)

Penulis: Kak Listari

Sabtu siang 31 Oktober 2020, kami merencanakan untuk donor darah di PMI Bojonegoro. Beberapa rencana sudah kami susun, termasuk akan mampir di toko bunga untuk membayar bunga yang sudah di antar ke rumah, tapi belum terbayar, karena tidak ketemu. Persiapan juga sudah dimulai. Mandi, ganti pakaian dan juga menyelipkan sejumlah uang di dompet kecilku. Waktu yang kami tentukan pun tiba, namun rencana tinggal rencana, karena Allah sedang menurunkan Rahmad kepada umatNya, berupa air segar. Langkahpun terhenti, bukan karena tidak rela kena air hujan, tapi semata-mata untuk memanjakan diri.

Selepas Maghrib, aku renda waktu dengan mendengarkan musik dan bernyanyi ala diriku, melalui Starmaker. Ada rasa kurang enak di badan, tidak aku hiraukan. Setelah tunaikan sholat isyak, bergegas aku tarik selimut dan mencoba untuk memejamkan mata. Akupun tertidur. Setelah beberapa lama, aku terjaga. Kala itu ku lihat jam dinding menunjukan 11.40. Ah masih belum larut pikirku. Aku turun dari tempat istirahatku dan melangkahkan kakiku menuju kamar kecil. Karena belum larut, aku kembali ke pulau busaku lagi. Lelap hingga pagi. Dan ketika suara suami membangunkan aku untuk sholat, ada beban yang menahan. Tapi aku tetap berusaha bangkit dan ambil air wudhu lalu sholat. Ada yang aneh di tubuhku, pinggang dan perut terasa kaku, ada sedikit pusing diujung kepala.

Seusai sholat aku buka Hp. Teringat setiap minggu pagi, kami gowes bersama. Gerimis kata salah satu temanku. Aku membalas dengan kalimat kepalaku pusing. Setelah diskusi kecil, di putuskan untuk libur gowes. Aku lega, karena memang gerimis dan kondisi badanku ada yang aneh. Minggu pagi, aku habiskan waktu dengan beres-beres yang berantakan. Singkat cerita, suami yang sudah berangkat tennes lebih dulu di SMPN 5 Bjn, menelpon. Mengajak donor di ajukan jamnya. Ok.

Jam 9.30, aku berangkat ke PMI, dengan sedikit menahan pusing ringan di jidad. Sesampai disana, kutemui suami yang sedang menunggu kedatanganku. Aku juga disambut petugas dengan menyodorkan kertas yang harus saya isi. Dan cek darah pun di lakukan. Alhamdulillah, darah bagus, tekanan darah 139/79. BAGUS. Setelah pengecekan selesai, aku ambil posisi sebelah kiri, karena tangan kananku yang biasa diambil darah, sedang suami baring di posisi kanan karena tangan kiri yang biasa diambil darahnya. Kami sering melakukan donor bareng. Setelah semuanya selesai, suami melanjutkan kegiatan ke SMPN 5 Bjn untuk tennes, sedang aku dan cucu mampir ke bravo, untuk sekedar cuci mata dan beli jajanan ringan.

Aku pilih kue yang kusuka dengan merundukan badan, ketika aku berusaha berdiri, mata terasa berkunang-kunang. Ah....hal biasa, gumamku. Saat itu aku lihat P. Rasmadi bersama istri dan putrinya sedang berbelanja. Aku sapa beliau, karena kebetulan aku yang melihat lebih dulu. Kami bertegur sapa sejenak. Kemudian, say good by. Barang-barang yang kuinginkan sudah cukup, akirnya aku ke kasir. Bravo supermarket benar-benar ramai. Aku antri di deretan keranjang nomer tiga. Di depanku berdiri seorang pemuda yang juga sedang mengantri.

Tiba-tiba pemuda itu menggeser tas belanja ke deretan kedua, hampir bareng dengan aku menggeser ke deretan kedua juga. Nah, percakapan mulai dari sini. Dia tanya rumahku, akupun balas bertanya. Ada tanya jawab yang cukup berarti. Ternyata aku pernah mengenalnya, bahkan dulu sering menggodanya. Dia mas Aris, adik kandung almarhumah mbak Alifah. Mbak Alifah teman ngajar ketika di SMP Islam Kedungbondo tahun I990an. Tibalah mas Aris di depan kasir, saat itu badanku terasa gemetar, seperti mau oleng, mataku gelap, keringat mengucur deras, hingga basah bajuku. Aku seperti gak.kuat berdiri, aku mengeluh lirih dengan mas Aris. Mas mataku kok gelap yaa. Tapi karena mas Aris sedang menurunkan barang di meja kasir, mungkin tidak mendengar keluhku.

Saat itu di otakku masih komentar, masak aku mau pingsan? Ah enggak ah. Tepisku, Tapi aku mulai gak kuat, aku berpegang di tiang dekat kasir, dan aku gak tahu apa yang terjadi. Mungkin di tiang itu aku sudah tidak sadar. Tiba-tiba ada suara lho lho lho dari mas Aris, aku limbung, jatuh di depan kasir. Aku hanya merasakan ada yang menarik tubuhku. Saat itu juga terdengar suara menyebutku. Seperti B. Warto? Aku menoleh, ternyata dari B. Rasmadi suara tersebut. Alhamdulillah ada B. Rasmadi dan Mas Aris yang membantuku. Setelah duduk beberapa saat di depan kasir, saya diajak beranjak mencari kursi untuk istirahat. Pak Satpam juga ikut mencarikan solusi. Aku lihat P. Rasmadi mencoba menelpon suami yang sedang tennes.

Tak beberapa lama, suamipun datang. Dan beberapa saat kemudian, karena saya sudah merasa membaik, B. Rasmadi juga pamit. Aku dan suami meyusul di belakang. Yach, mau tidak mau sepeda suami harus berhenti dulu di parkiran bravo. Aku diantar pulang lebih dulu. Sambil masih menahan mual, sepeda motor melaju ke timur. Dalam perjalanan juga diiringi turunnya air dari langit, menambah sejuk di badan. Alhamdulillah, semua telah berlalu, semua sudah membaik.


True story

Lies, 1 Nopember 2020 

No comments:

Post a Comment

PENGERTIAN DAN SYARAT PRAMUKA PENGGALANG GARUDA

Penulis : Admin blog Salam Pramuka! Kakak-kakak yang berbahagia, hari ini kami akan bercerita tentang Pramuka Penggalang Garuda. Apa pengert...