Sabtu siang 31 Oktober 2020, kami
merencanakan untuk donor darah di PMI Bojonegoro. Beberapa rencana sudah kami susun,
termasuk akan mampir di toko bunga untuk membayar bunga yang sudah di antar ke
rumah, tapi belum terbayar, karena tidak ketemu. Persiapan juga sudah dimulai.
Mandi, ganti pakaian dan juga menyelipkan sejumlah uang di dompet kecilku. Waktu
yang kami tentukan pun tiba, namun rencana tinggal rencana, karena Allah sedang
menurunkan Rahmad kepada umatNya, berupa air segar. Langkahpun terhenti, bukan
karena tidak rela kena air hujan, tapi semata-mata untuk memanjakan diri.
Selepas Maghrib, aku renda waktu dengan
mendengarkan musik dan bernyanyi ala diriku, melalui Starmaker. Ada rasa kurang
enak di badan, tidak aku hiraukan. Setelah tunaikan sholat isyak, bergegas aku
tarik selimut dan mencoba untuk memejamkan mata. Akupun tertidur. Setelah
beberapa lama, aku terjaga. Kala itu ku lihat jam dinding menunjukan 11.40. Ah
masih belum larut pikirku. Aku turun dari tempat istirahatku dan melangkahkan
kakiku menuju kamar kecil. Karena belum larut, aku kembali ke pulau busaku
lagi. Lelap hingga pagi. Dan ketika suara suami membangunkan aku untuk sholat,
ada beban yang menahan. Tapi aku tetap berusaha bangkit dan ambil air wudhu
lalu sholat. Ada yang aneh di tubuhku, pinggang dan perut terasa kaku, ada
sedikit pusing diujung kepala.
Seusai sholat aku buka Hp. Teringat
setiap minggu pagi, kami gowes bersama. Gerimis kata salah satu temanku. Aku
membalas dengan kalimat kepalaku pusing. Setelah diskusi kecil, di putuskan
untuk libur gowes. Aku lega, karena memang gerimis dan kondisi badanku ada yang
aneh. Minggu pagi, aku habiskan waktu dengan beres-beres yang berantakan. Singkat
cerita, suami yang sudah berangkat tennes lebih dulu di SMPN 5 Bjn, menelpon. Mengajak
donor di ajukan jamnya. Ok.
Jam 9.30, aku berangkat ke PMI, dengan
sedikit menahan pusing ringan di jidad. Sesampai
disana, kutemui suami yang sedang menunggu kedatanganku. Aku juga disambut
petugas dengan menyodorkan kertas yang harus saya isi. Dan cek darah pun di
lakukan. Alhamdulillah, darah bagus, tekanan darah 139/79. BAGUS. Setelah
pengecekan selesai, aku ambil posisi sebelah kiri, karena tangan kananku yang
biasa diambil darah, sedang suami baring di posisi kanan karena tangan kiri
yang biasa diambil darahnya. Kami sering melakukan donor bareng. Setelah
semuanya selesai, suami melanjutkan kegiatan ke SMPN 5 Bjn untuk tennes, sedang
aku dan cucu mampir ke bravo, untuk sekedar cuci mata dan beli jajanan ringan.
Aku pilih kue yang kusuka dengan
merundukan badan, ketika aku berusaha berdiri, mata terasa berkunang-kunang.
Ah....hal biasa, gumamku. Saat itu aku lihat P. Rasmadi bersama istri dan
putrinya sedang berbelanja. Aku sapa beliau, karena kebetulan aku yang melihat
lebih dulu. Kami bertegur sapa sejenak. Kemudian, say good by. Barang-barang
yang kuinginkan sudah cukup, akirnya aku ke kasir. Bravo supermarket
benar-benar ramai. Aku antri di deretan keranjang nomer tiga. Di depanku
berdiri seorang pemuda yang juga sedang mengantri.
Tiba-tiba pemuda itu menggeser tas
belanja ke deretan kedua, hampir bareng dengan aku menggeser ke deretan kedua
juga. Nah, percakapan mulai dari sini. Dia tanya rumahku, akupun balas
bertanya. Ada tanya jawab yang cukup berarti. Ternyata aku pernah mengenalnya,
bahkan dulu sering menggodanya. Dia mas Aris, adik kandung almarhumah mbak
Alifah. Mbak Alifah teman ngajar ketika di SMP Islam Kedungbondo tahun I990an. Tibalah
mas Aris di depan kasir, saat itu badanku terasa gemetar, seperti mau oleng,
mataku gelap, keringat mengucur deras, hingga basah bajuku. Aku seperti
gak.kuat berdiri, aku mengeluh lirih dengan mas Aris. Mas mataku kok gelap yaa.
Tapi karena mas Aris sedang menurunkan barang di meja kasir, mungkin tidak
mendengar keluhku.
Saat itu di otakku masih komentar, masak
aku mau pingsan? Ah enggak ah. Tepisku, Tapi aku mulai gak kuat, aku berpegang
di tiang dekat kasir, dan aku gak tahu apa yang terjadi. Mungkin di tiang itu
aku sudah tidak sadar. Tiba-tiba ada suara lho lho lho dari mas Aris, aku limbung,
jatuh di depan kasir. Aku hanya merasakan ada yang menarik tubuhku. Saat itu
juga terdengar suara menyebutku. Seperti B. Warto? Aku menoleh, ternyata dari B.
Rasmadi suara tersebut. Alhamdulillah ada B. Rasmadi dan Mas Aris yang
membantuku. Setelah duduk beberapa saat di depan kasir, saya diajak beranjak
mencari kursi untuk istirahat. Pak Satpam juga ikut mencarikan solusi. Aku
lihat P. Rasmadi mencoba menelpon suami yang sedang tennes.
Tak beberapa lama, suamipun datang. Dan
beberapa saat kemudian, karena saya sudah merasa membaik, B. Rasmadi juga
pamit. Aku dan suami meyusul di belakang. Yach, mau tidak mau sepeda suami
harus berhenti dulu di parkiran bravo. Aku diantar pulang lebih dulu. Sambil
masih menahan mual, sepeda motor melaju ke timur. Dalam perjalanan juga
diiringi turunnya air dari langit, menambah sejuk di badan. Alhamdulillah,
semua telah berlalu, semua sudah membaik.
True story
Lies, 1 Nopember 2020
No comments:
Post a Comment